
Refleksi Filosofis Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara
Sebagai salah satu calon guru penggerak, saya adalah salah satu pendidik yang pertama ingin memulai pergerakan, perubahan, dan kemajuan pendidikan. Berbagai macam permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah ini, saya selalu ikut terlibat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam perjalanannya selama 2 tahun, apa yang dicapai selama ini sangat perlu ditingkatkan lagi , salah satunya adalah mutu lulusan peserta didik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sebagai guru penggerak. Saya menyoroti pemikiran KHD yang relevan terhadap implementasi pembelajaran. Menurut KHD pendidkan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuh kembangnya peserta didik. Apa yang dituntun dari peserta didik ? Yang dituntun adalah potensi yang ada pada peserta didik ( kodrat alam ) agar mereka menjadi mahluk individu dan mahluk sosial yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman ( kodrat zaman ) untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya. Sebelum mempelajari modul ini saya sebagai pendidik sudah merasa benar memerankan fungsi sebagai pendidik, beranggapan jadi teladan yan baik bagi anak didik saya. Semua materi yang saya berikan, apa yang saya ucapkan dan lakukan dalam keseharian di sekolah suatu keharusan yang mereka semua harus turuti dan patuhi untuk dilaksanakan. Bahkan sering kali saya memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan sekolah ataupun dalam KBM yang saya laksanakan. Pembelajaran yang seharusnya mereka alami dan rasakan menyenangkan dan gembira menjadi suatu keterpaksaan dan beban pikiran yang setiap waktu bertambah sulit dan menjadi masalah yang menggunung bagi mereka. Dalam sekolah bernafaskan konstruksionalis eksperensial semacam ini peran guru bergeser dari pusat ilmu pengetahuan menjadi mediator. Guru berperan besar di dalam merancang tujuan belajar secara konseptual, keterampilan, psikis, dan sosial. Selain itu guru berperan penting di dalam merancang ragam aktifitas atau kegiatan belajar untuk mencapai berbagai tujuan belajar di atas. Dan terutama yang paling penting, guru juga berperan penting memancing atau dalam kerangka berpikir Socrates, membidani lahirnya swa-refleksi murid atas setiap kegiatan belajar yang dialaminya. Dari praktik inilah lahir semboyan Tut Wuri Handayani, atau dari belakang ikut memberi dorongan untuk maju.
Bagi KHD mengalami langsung sesuatu hal adalah aktifitas belajar paling hakiki. Ketika murid belajar mengenai ilmu alam berarti mereka perlu dipaparkan secara langsung kepada fenomena alamiah yang sedang dipelajari. Jika pemaparan langsung dengan partisipasi aktif pelajar tidak memungkinkan karena factor keamanan atau lain hal, paling tidak murid secara nyata dapat menyaksikan fenomena alam tersebut. Dasar konseptual yang sama juga diterapkan kepada cabang ilmu lain, sosial-humaniora, matematika, dan bahkan seni budaya. Nah berbagai pengalaman langsung itu terjalin menjadi sebuah rancang-bangun pengetahuan atau pemahaman. Pengalaman menjadi pintu gerbang utama murid untuk menyerap pengetahuan maka jalan menuju pintu tersebut adalah perasaan. Murid yang belajar dengan perasaan bahagia dan merdeka ibarat melalui jalan mulus menuju pintu gerbang, ia akan tiba di pintu gerbang dengan prima dan siap menyerap berbagai pengetahuan baru.
Pola pembelajaran yang memberi perintah, sanksi sepihak, dan paksaan dari seorang pendidik mulai saat ini harus diubah dengan pola system among. Pendidik harus bisa memerankan perannya sebagai Tut Wuri Handayani, yakni tetap mempengaruhi peserta didik namun dengan memberikan kemerdekaan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan berpikir, berinisiatif, bertindak, dan mengambil keputusannya sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut peran guru lebih menitikberatkan perannya sebagai penuntun dan fasilitator, tanpa meninggalkan peran lainnya sebagai mentor dan konselor.
Dengan demikian maka proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sejatinya merupakan cermin dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Memaknai hal ini, seorang guru ketika memasuki ruang kelas harus sudah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar peserta didik menggali informasi sendiri, mengamati sendiri, mempraktikkan sendiri, dan mengambil buah pikirannya sendiri serta mengkomunikasikannya sendiri.
Sebagai seorang guru Matematika setelah merefleksi pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara, menurut saya pemikiran beliau sangat relevan dengan konsep pembelajaran abad ke-21 sekaligus relevan dengan hakikat pembelajaran Matematika yang menitikberatkan pada berpikir logis untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Demikian refleksi singkat atas pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan proses pembelajaran disekolah. Semoga dapat memberikan manfaat.
Oleh: Sigit Rudiatwoko